SELASA, 04 MEI 2010
kunci kecerdasan Emosi(sabar)
Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (1)
Pendahuluan
Kecerdasan merupakan ciri keunggullan manusia dalam memahami ,
memutuskan dan mengantisipasi. Kecerdaasan seseorang sering tidak
dapat difahami seketika oleh orang kebanyakan , tetapi kemudian
menjadi kajian yang tak habis-habisnya setelah menjadi sejarah. Dalam
perspektip ini jarak antara orang cerdas dengan orang gila sebenarnya
sangat tipis, sehingga gagasan-gagasan orang cerdas sering dianggap
gagasan gila. Kecerdasan seseorang memungkinkannya memiliki jarak
pandang yang jauh, dua, tiga atau lebih dimensi, sementara orang
kebanyakan hanya mampu melihat satu atau maksimal dua dimensi.
Pada umumnya kecerdasan dihubungkan dengan akal (intelektuil), tetapi
kecerdasan intelektual ternyata belum menjamin ketepataan keputusan,
sehingga dewasa ini orang sudah mulai membicarakan tentang kecerdasan
yang lain, yaitu kecerdasan emosionil dan kecerdasaan spirituil.
Kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam kemampuan berfikir. Menurut
Asfihani, fikiran adalah potensi yang dapat mengantar pengetahuan
sampai kepada obyek (quwwatun mudrikatun li al `ilmi ila al ma`lum),
sedangkan berfikir artinya menggunakan potensi itu sesuai dengan
kapasitas intelektualnya.
Dalam kehidupan, berfikir diperlukan untuk (a) memecahkan masalah
(problem solving), (b) mengambil keputusan (decision making) dan ©
melahirkan sesuatu yang baru (kreatifitas). Karena kecerdasan
merupakan keunggulan maka hal itu dapat diukur kualitasnya, antara
lain melaui metode yang digunakan (deduksi,induksi), atau dilihat
seberapa tingkat kreatifitasnya (metode berfikir kreatip). Metode
berfikir kreatip sering tidak bisa difahami orang lain, dan prosesnya
melalui tahapan-tahapan, dari (a) orientasi, (b) Preparasi, ©
Inkubasi, (d) Iluminasi dan (e) Verifikasi. Orang yang bisa berfikir
kreatip biasanya mempunyai ciri-ciri : (1) meemiliki kecerdasan
diatas rata-rata, (2) memiliki sifat terbuka dan (3) memiliki sifat
bebas, otonom dan percaya diri.
Jika kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam berfikir, maka
kecerdasan emosi diwujudkan dalam merasa. Manusia memang makhluk yang
berfikir dan merasa. Emosi nampak dalam perubahan fisik yang
diakibatkan oleh peristiwa mental, seperti : muka merah (karena
malu), muka pucat, tubuh gemetar, terkencing (karena takut) otot
mengencang (karena marah) ,mata terpejam dan menangis (karena haru
atau gembira) dan sebagainya. Emosi adalah perubahan jasmani langsung
mengikuti persepsi mengenai kenyataan yang menggairahkan.
Dalam kehidupan, kita mengenal berbagai tipologi manusia dilihat dari
sudut ini, misalnya ada orang yang sangat pemalu disamping yang tidak
tahu malu, yang penakut, disamping yang pemberani, yang sangat perasa
disamping yang sudah mati rasa atau tidak berperasaan, yang pemarah
disamping yang penyabar. dan sebagainya. Jika kecerdasan intelektual
bisa diasah, demikian juga kecerdasan emosi dapat dirangsang.
Kecerdasan emosi ditandai dengan kemampuan pengendalian emosi ketika
menghadapi kenyataan yang menggairahkan (menyenangkan, menakutkan,
menjengkelkan, memilukan dsb). Kemampuan pengendalian emosi itulah
yang disebut sabar, atau sabar merupakan kunci kecerdasan emosional.
Adapun kecerdasan spirituil merupakan kualitas kehidupan ruhaniah
seseorang dimana seseorang dimungkinkan berkomunikasi secara
rohaniah, baik secara horizontal maupun vertikal. Memahami kecerdasan
spirituil akan mudah jika menggunakan paradigma tasauf.
Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (2)
Pengertian sabar adalah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi
godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
mencapai tujuan. Dalam agama, sabar merupakan satu diantara stasiun-
stasiun (maqamat) agama, dan satu anak tangga dari tangga seorang
salik dalam mendekatkan diri kepada Allah. Struktur maqamat agama
terdiri dari (1) Pengetahuan (ma`arif) yang dapat dimisalkan sebagai
pohon, (2) sikap (ahwal) yang dapat dimisalkan sebagai cabangnya, dan
(3) perbuatan (amal) yang dapat dimisalkan sebagai buahnya. Seseorang
bisa bersabar jika dalam dirinya sudah terstruktur maqamat itu. Sabar
bisa bersifat fisik, bisa juga bersifat psikis.
Karena sabar bermakna kemampuan mengendalikan emosi, maka nama sabar
berbeda-beda tergantung obyeknya.
1. Ketabahan menghadaapi musibah, disebut sabar, kebalikannya adalah
gelisah (jaza`) dan keluh kesah (hala`)
2. Kesabaran menghadapi godaan hidup nikmat disebut, mampu menahan
diiri (dlobth an Nafs), kebalikannya adalah tidak tahanan (bathar).
3. Kesabaran dalam peperangan disebut pemberani, kebalikannya disebut
pengecut
4. Kesabaran dalam menahan marah disebut santun (hilm), kebalikannya
disebut pemarah (tazammur)
5. Sabar dalam menghadapi bencana yang mencekam disebut lapang dada,
kebalikannya disebut sempit dadanya.
6. Sabar dalam mendengar gossip disebut mampu menyembunyyikan rahasia
(katum).
7. Sabar terhadap kemewahan disebut zuhud, kebalikannya disebut
serakah, loba (al hirsh).
8. Sabar dalam menerima yang sedikit disebut kaya hati (qana`ah),
kebalikannya disebut tamak, rakus (syarahun)
Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (3)
Rangking Sabar
Ada tiga tingkatan orang sabar :
1. Orang yang dapat menekan habis dorongan hawa nafsu hingga tidak
ada perlawanan sedikitppun, dan orang itu bersabar secara konstan.
Mereka adalah orang yang sudah mencapai tingkat shiddiqin.
2. Orang yang tunduk total kepada dorongan hawa nafsunya sehingga
motivasi agama sama sekali tidak dapat muncul. Mereka termasuk
kategori orang-orang yang lalai (al ghofilun).
3. Orang yang senantiasa dalam konflik antara dorongan hawa nafsu
dengan dorongan keberagamaan. Mereka adalah orang yang
mencampuradukkan kebenaran dengan kesalahan.
Secara ppsikologis, tingkatan orang sabar dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu :
1. Orang yang sanggup meninggalkan dorongan syahwat. Mereka termasuk
kategori orang-orang yang bertaubat (at Taibin).
2. Orang yang ridla (senang/puas) menerima apapun yang ia terima
dari Tuhan, mereka termasuk kategori zahid.
3. Orang yang mencintai apapun yang diperbuat Tuhan untuk dirinya,
mereka termasuk kategori shidddiqin.
Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (4)
Hukum sabar.
Meski sabar itu konotasinyya positip, tetapi belum tentu tepat. Oleh
karena itu hukum sabar terbagi tiga, yaitu wajib, sunnat dan makruh.
Menyaksikan anggauta keluarganya terlibat maksiat misalnya, bersabar
dalam arti tabah hati tanpa mengeluh adalah makruh, tetapi sabar
ketika selalu gagal dalam berusaha memperbaiki mereka adalah wajib.
Kembali kepada pengertian sabar : tabah hati tanpa mengeluh dalam
menghadapi rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
mencapai tujuan, maka kunci kesabaran adalah kesadaarn atas tujuaan
yang ingin dicapai. Orang yang lupa tujuan biasanya tidak mampu
mengendalikan emosi ketika menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan.
Tetapi sabar juga ada batasnya, oleh karena itu kesabaran harus
selalu dievaluasi secara dinamis. Kesabaran juga biasanya berhubungan
erat dengan perasaan syukur. Artinya orang yang pandai berterima
kasih biasanya ia penyabar, sedangkan orang yang tidak mengerti
berterima kasih (kufr ni`mat) biasanya emosinya mudah digelitik.
Dalam usaha problem solving menyangkut berbagai urusan kehidupan,
sabar merupakan kekuatan yang sangat besar dan efektip. Oleh karena
itu al Qur’an secara jelas mengingatkan agar dalam upaya memohon
pertolongan kepada Tuhan, jangan lupa membangun infrastruktur
psikologinya yang terdiri dari kesabaran dan doa (salat). Ya
ayyuhalladzina amanu ista`inu bis sobri was salat, innalloha ma`a as
sobirin (Q/2:153).
dikutip dari milis DT postingan dari :
agussyafii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))